A.
Pengertian Analisis Rasio
Keuangan
Rasio keuangan adalah perbandingan matematis
mengenai rekening yang ada dalam laporan keuangan dengan rekening lainnya yang
juga ada dalam laporan keuangan untuk mendapatkan suatu informasi keuangan
sehubungan dengan kepentingan manajemen dalam mengambil keputusan. Hasil dari
analisis rasio keuangan berguna untuk membantu investor, kreditor, dan
manajemen internal perusahaan dalam memahami kinerja perusahaan mereka serta
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan.
Rasio keuangan merupakan alat yang paling umum
digunakan untuk menganalisis kondisi suatu bisnis. Rasio keuangan sangat mudah
untuk dimengerti dan cara menghitungnya juga sederhana. Rasio keuangan dapat
digunakan dalam perusahaan besar maupun kecil karena rasio keuangan hanyalah
sebuah perbandingan matematis, yang memberikan perhitungan baku mengenai posisi
keuangan dan kinerja perusahaan. Rasio keuangan memungkinkan kita untuk
membandingkan perusahaan-perusahaan yang ada di dalam dunia industri, baik
perusahaan dengan skala besar ataupun kecil, Rasio keuangan juga memberikan
kesempatan kepada kita untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
perusahaan.
B.
Tujuan & Manfaat Rasio
Keuangan
Analisis rasio keuangan terutama bertujuan untuk
mendapat gambaran tentang baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan pada
saat dianalisis. Berdasarkan hasil analisis tersebut manajemen akan memperoleh
suatu informasi tentang kekuatan dan kelemahan perusahaan. Informasi tersebut
dapat membantu manajer dalam memahami apa yang perlu dilakukan perusahan selain
itu manajer dapat membuat keputusan-keputusan penting di masa yang akan datang.
Analisis rasio keuangan tidak hanya penting bagi
pihak manajemen tetapi penting juga bagi pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak
ekstern, analisis rasio keuangan penting untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan keuangan suatu perusahaan. Dengan mengetahui perkembangan keuangan
perusahaan tersebut mereka dapat memutuskan apakah akan tetap menginvestasikan
dananya pada perusahaan tersebut atau tidak.
Manfaat dari analisis rasio keuangan adalah dapat
mengetahui adanya kekuatan atau kelemahan keuangan dari tahun-tahun sebelumnya.
Dengan membandingkan angka rasio keuangan dengan standar yang ditetapkan maka
akan diperoleh manfaat lain yaitu dapat diketahui apakah dalam aspek keuangan
tertentu perusahaan berada di atas standar atau di bawah standar. Apabila
perusahaan berada di bawah standar, maka manajemen akan mencari faktor-faktor
yang menyebabkannya untuk kemudian diambil kebijakan keuangan untuk dapat
menaikkan rasio perusahaannya kembali.
C. Macam-Macam
Rasio dan Metode Perhitungan Rasio
Menurut Riyanto
(2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu:
1.
Rasio Likuiditas, adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial
jangka pendeknya.
2.
Rasio Leverage, adalah
rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.
Rasio Aktivitas, adalah
rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
4.
Rasio Profitabilitas,
adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan
keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi
(2008:8), mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan
variasinya:
1.
Setiap peneliti berhak
menentukan rasio yang digunakan.
2.
Tidak ada regulasi
tentang penggunaan rasio tertentu.
3.
Setiap rasio mempunyai
keterbatasan arti di samping kelebihannya.
Dalam penelitian
ini, penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas.
1.
Rasio Likuiditas
Menurut Harahap
(2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar
yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban
lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Rasio Lancar (Current
Ratio)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar
Current Ratio = ------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini
merupakan cara untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum
yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi
perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai
perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga dianggap
tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment
dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak
tertagih.
b.
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban
lancar. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar - Persediaan
Quick Ratio = -----------------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini
merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya
dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu
yang retaif lama untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya
mungkin persediaannya lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62),
apabila menggunakan rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan
mempunyai nilai quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap
kurang baik tingkat likuiditasnya.
2.
Rasio Leverage
Menurut Harahap
(2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk
melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage
sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut:
a.
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Total Kewajiban
Debt Ratio =
-------------------------
Total Aset
Rasio ini
menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat
likuidasi.
b.
Time Interest Earned
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi
(EBIT) dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT
Time Interest Earned =
------------------------
Beban Bunga
Rasio ini
menunjukkan sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak
atau laba operasi (EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi
(2011:63), semakin tinggi rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu
untuk membayar beban bunga periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang
diperolehnya pada periode tertentu.
3.
Rasio Aktivitas
Menurut Harahap
(2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai
elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa dikendalikan
agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana
semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umunya diukur
dari perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai rasio-rasio aktivitas
sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334), dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut:
a.
Perputaran Persediaan
(Inventory Turnover)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata
persediaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Harga Pokok
Penjualan
Inventory Turnover =
--------------------------------
Rata-rata persediaan
Rasio ini
menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal.
Menurut Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.
b.
Rata-Rata Periode
Pengumpulan Piutang (Day’s Sales Outstanding)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam
setahun. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding =
----------------------------------
Penjualan / 360 hari
Rasio ini mengukur
waktu rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan.
Menurut Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih
dari 60 hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian
penagihan, sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan
tersebut telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada
langganannya. Di samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan
semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c.
Perputaran Total Aset
(Total Asset Turnover)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Penjualan
Total Asset Turnover =
------------------------
Total Aset
Rasio ini
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan
berdasarkan aset yang dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin
besar rasio ini semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam
mengelola asetnya.
4.
Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap
(2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Margin Keuntungan (Profit
Margin)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan
Rasio ini
menunjukkan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin
baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b.
Tingkat Pengembalian Aset
(Return On Assets)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Assets =
----------------------
Total Aset
Rasio ini
menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari
nilai asetnya. Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus
karena perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara
efektif untuk menghasilkan laba.
c.
Tingkat Pengembalian
Ekuitas (Return On Equity)
Rasio ini
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Laba
Bersih
Return On Equity =
--------------------
Ekuitas
Rasio ini mengukur
berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut
Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap
kemampuan perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk
menghasilkan laba.
5.
Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin
(2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara
keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset
di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno
(2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa
besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin
(2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana
yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover
terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban
dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya
penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan
dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang
merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan
dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan
Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):
ROA = Profit Margin
x Total Assets Turnover
Laba
Bersih Penjualan
ROA = ------------------- x
------------------
Penjualan Total Aset
Laba
Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Berdasarkan
keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis
yang digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin
laba, serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of
return). Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA
yang merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan
(Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan
Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih
dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi
antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih
merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih
merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir
(2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
a.
Sebagai salah satu teknik
analisis keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui
tingkat efisiensi pendayagunaan aset.
b.
Dapat membandingkan
efisiensi penggunaan ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang
sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama,
atau di atas rata-ratanya.
c.
Dapat digunakan untuk
mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu
dengan mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang
bersangkutan.
d.
Dapat digunakan untuk
mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh
perusahaan.
e.
Dapat digunakan untuk keperluan
kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir
(2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah:
a.
ROI suatu perusahaan
sulit dibandingkan dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena adanya
perbedaan praktek akutansi yang digunakan.
b.
Kelemahan lain dari
teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya
belinya).
c.
Dengan menggunakan ROA
saja tidak akan dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua
permasalahan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
6.
Analisis Perbandingan
Menurut Harahap
(2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan
membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi
keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik
perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah
atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka
perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk
mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan
keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir
(2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di
antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa
angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap
(2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan
ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun
lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan
rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos
laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
a. Perbandingan
dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun
1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara
tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
b. Perbandingan
dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
c. Perbandingan
dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di
Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan
diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan
lain-lain.
d. Perbandingan
dengan budget (anggaran).
e. Perbandingan
dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
D.
Contoh Kasus
Berikut ini perhitungan Rasio
Likuditas (tingkat kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang harus
segera dipenuhi dan likuiditas menunjukan tingkat kemampuan perusahaan untuk
membayar utang-utang jangka pendek yang dimiliki)
1. Current
Ratio ( Rasio Lancar )
total aktiva lancar = 3.929.664 =
4,1
total hutang lancar 959.808
Ini berarti bahwa kemampuan PT.
Timah, tbk untuk membayar hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva
lancar, untuk tahun 2012 adalah setiap Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Aktiva
lancar Rp.4,1
2. Cash
Ratio ( Rasio Lambat)
kas + efek =
670.411 + 251.651
= 0,96 = 96%
hutang lancar 959.808
Jika rata-rata industri untuk cash
ratio adalah 50 % maka keadaan perusahaanlebih baik dari perusahaan lain.
Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang
menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secara optimal.
3. Quick
Ratio ( Rasio Cepat atau Rasio Sangat Lancar)
Aktiva Lancar – Persediaan = 3.929.664
- 1.617.389 = 2,4 kali
Hutang Lancar 959.808
Jika rata-rata industri untuk quick
ratio adalah 1.5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain.
Kondisi ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak harus menjual persediaan bila
hendak melunasi utang lancar, tetapi dapat menjual surat berharga atau
penagihan piutang.
Demikianlah penjelasan tentang rasio likuiditas pada PT. Timah, Tbk dan hasilnya posisi
keuangan PT.Timah,Tbk pada tahun 2012 merupakan salah satu perusahaan yang likuid.
Penulis:
Ryan
Riyadi (49214893)
3DA02
Sumber
Referensi:
http://www.kilasekonomi.com/2017/03/analisis-rasio-keuangan.html
http://fadhilanalisis.blogspot.co.id/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
http://uthyns.blogspot.co.id/2016/04/analisis-rasio-laporan-keuangan-dan.html
0 komentar :
Posting Komentar