A. Pengertian
Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap
(2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Simamora (2002:357), analisis
rasio merupakan cara penting untuk menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna diantara
komponen-komponen dari laporan-laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu
hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah lain, dan dengan
menggunakan alat analisis berupa rasio yang akan menjelaskan atau menggambarkan
kepada penganalisa baik atau buruknya keadaan posisi keuangan suatu perusahaan.
Menurut Margaretha
(2004:22), penganalisaan rasio keuangan ada beberapa cara, di antaranya:
1.
Analisis horisontal/trend analysis, yaitu
membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari tahun-tahun yang lalu dengan
tujuan agar dapat dilihat trend dari rasio-rasio perusahaan selama kurun waktu
tertentu.
2.
Analisis vertikal, yaitu membandingkan
data rasio keuangan perusahaan dengan rasio semacam dari perusahaan lain yang
sejenis atau standar industri untuk waktu yang sama.
Sedangkan menurut Riyanto
(2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat
melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu:
1.
Membandingkan rasio sekarang (present
ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau
dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari
perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui
perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui
perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai
tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan
yang bersangkutan.
2.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu
perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini
akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan
tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak
dibawah rata-rata industri.
Menurut Fahmi (2011:133),
untuk dapat menginterpretasikan hasil perhitungan rasio, maka diperlukan adanya
pembanding. Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan
rasio keuangan perusahaan, yaitu:
1.
Cross sectional approach, merupakan suatu
cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.
2.
Time series analysis, merupakan suatu cara
dengan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke
periode lainnya. Pembanding antara rasio yang dicapai saat ini dengan
rasio-rasio pada masa lalu akan memperhatikan apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau kemunduran.
Menurut Riyanto
(2010:330), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini dibuat, maka dapat
digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:
1.
Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang
digolongkan dalam katagori ini adalah semua data yag diambil dari atau
bersumber dari neraca.
2.
Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income
Statement Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua data yang
diambil dari laba-rugi.
3.
Rasio-rasio antar laporan (Interstatement
Ratios), yang tergolong dalam katagori ini adalah semua data yang diambil dari
neraca dan laporan laba-rugi.
B. Tujuan
Analisis Rasio Keuangan
Tujuan dari analisis
rasio keuangan dari pihak manajemen keuangan adalah mengevaluasi kinerja
perusahaan berdasarkan laporan keuangannya. Perusahaan dikatakan mempunyai
kinerja yang baik atau tidak dapat diukur dengan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban (utang) yang akan jatuh tempo (liquidity), kemampuan
perusahaan untuk menyusun struktur pendanaan, yaitu perbandingan antara utang
dan modal (leverage), kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan
(profitability), kemampuan perusahaan untuk berkembang (growth), dan kemampuan
perusahaan untuk mengelola asset secara maksimal (activity) (Arief Sugiono,
2009:65).
Bagi perusahaan dengan
adanya analisis rasio keuangan maka akan diperoleh suatu informasi mengenai
kondisi atau keadaan keuangan sehingga dapat membuat keputusan – keputusan yang
diperlukan bagi kepentingan kegunaan rasio keuangan sebagai bahan pertimbangan
apakah perusahaan tersebut akan menguntungkan apabila sahamnya dibeli.
C. Macam-Macam
Rasio dan Metode Perhitungan Rasio
Menurut Riyanto
(2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu:
1.
Rasio Likuiditas, adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka
pendeknya.
2.
Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur
seberapa jauh perusahaan dibelanjai dengan hutang.
3.
Rasio Aktivitas, adalah rasio yang
mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya.
4.
Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang
mengukur hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
Menurut Prihadi (2008:8),
mengemukakan beberapa hal penggunaan rasio keuangan dengan variasinya:
1.
Setiap peneliti berhak menentukan rasio
yang digunakan.
2.
Tidak ada regulasi tentang penggunaan
rasio tertentu.
3.
Setiap rasio mempunyai keterbatasan arti
di samping kelebihannya.
Dalam penelitian ini,
penulis menggunakan aspek rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan
profitabilitas.
1.
Rasio Likuiditas
Menurut Harahap
(2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang
sewaktu-waktu ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar
yang berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada
kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-kewajiban
lancar. Mengenai rasio-rasio likuiditas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 332), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Aset Lancar
Current Ratio = ------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan cara
untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajibannya, dengan pedoman 2:1 atau 200% ini adalah rasio minimum
yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan. Menurut Fahmi (2011:61), kondisi
perusahaan yang memiliki current ratio yang baik adalah dianggap sebagai
perusahaan yang baik dan bagus, namun jika current ratio terlalu tinggi juga
dianggap tidak baik karena dapat mengindikasikan adanya masalah seperti jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan sehingga
tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukkan adanya over investment
dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang tak tertagih.
b.
Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara aset lancar dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Aset Lancar -
Persediaan
Quick Ratio = -----------------------------------
Kewajiban Lancar
Rasio ini merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak
memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang retaif lama
untuk direalisir menjadi uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaannya
lebih likuid dari pada piutang. Menurut Fahmi (2011:62), apabila menggunakan
rasio ini maka dapat dikatakan bahwa jika suatu perusahaan mempunyai nilai
quick ratio sebesar kurang dari 100% atau 1:1, hal ini dianggap kurang baik
tingkat likuiditasnya.
2.
Rasio Leverage
Menurut Harahap
(2009:306), rasio leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan
yang digambarkan oleh ekuitas. Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk
melihat seberapa resiko keuangan perusahaan. Mengenai rasio-rasio leverage
sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 333), dapat dilihat pada
uraian sebagai berikut:
a.
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara total kewajiban dengan total aset. Rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Total Kewajiban
Debt Ratio = -------------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan
sejauh mana kewajiban dapat ditutupi oleh aset. Menurut Fahmi (2011:63),
semakin rendah rasio ini semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.
b.
Time Interest Earned
Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba sebelum bunga dan pajak atau laba operasi (EBIT)
dengan beban bunga. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
EBIT
Time Interest Earned =
------------------------
Beban Bunga
Rasio ini menunjukkan
sejauh mana besarnya jaminan keuntungan sebelum bunga dan pajak atau laba operasi
(EBIT) untuk membayar beban bunganya. Menurut Fahmi (2011:63), semakin tinggi
rasio semakin baik karena perusahaan dianggap mampu untuk membayar beban bunga
periode tertentu dengan jaminan laba operasi yang diperolehnya pada periode
tertentu.
3.
Rasio Aktivitas
Menurut Harahap
(2009:308), rasio aktivitas menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan
dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian, dan
kegiatan lainnya. Rasio ini dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan
berbagai elemen aset. Elemen aset sebagai pengguna dana seharusnya bisa
dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam
memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio
aktivitas umunya diukur dari perputaran masing-masing elemen aset. Mengenai
rasio-rasio aktivitas sebagaimana yang diutarakan, menurut Riyanto (2010: 334),
dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut:
Harga
Pokok Penjualan
Inventory Turnover =
--------------------------------
Rata-rata
persediaan
Rasio ini menunjukkan
berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus persediaan normal. Menurut
Harahap (2009:308), semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa
kegiatan penjualan berjalan cepat.
b.
Rata-Rata Periode Pengumpulan Piutang (Day’s
Sales Outstanding)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara piutang dengan penjualan dibagi jumlah hari dalam setahun.
Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Piutang
Day’s Sales Outstanding =
----------------------------------
Penjualan / 360 hari
Rasio ini mengukur waktu
rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dari penjualan. Menurut
Munawir (2010:76), kalau rata-rata periode pengumpulan piutang lebih dari 60
hari menunjukkan perusahaan tersebut kurang baik, terutama bagian penagihan,
sehingga tidak mampu menagih piutang pada saatnya, atau perusahaan tersebut
telah memberikan syarat-syarat kredit yang terlalu lunak pada langganannya. Di
samping itu semakin besar rasio ini bagi suatu perusahaan semakin besar pula
resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang.
c.
Perputaran Total Aset (Total Asset
Turnover)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara penjualan dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Penjualan
Total Asset Turnover =
------------------------
Total Aset
Rasio ini merupakan rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aset yang
dimiliki perusahaan. Menurut Harahap (2009:309), semakin besar rasio ini
semakin baik karena perusahaan tersebut dianggap efektif dalam mengelola asetnya.
4.
Rasio Profitabilitas
Menurut Harahap
(2009:309), rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Mengenai rasio-rasio profitabilitas sebagaimana yang diutarakan, menurut
Riyanto (2010: 335), dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
a.
Margin Keuntungan (Profit Margin)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih
Profit Margin = ------------------
Penjualan
Rasio ini menunjukkan
berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan.
Menurut Harahap (2009:304), semakin besar rasio ini semakin baik karena
dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba.
b.
Tingkat Pengembalian Aset (Return On
Assets)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan total aset. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Laba Bersih
Return On Assets = ----------------------
Total Aset
Rasio ini menunjukkan
berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya.
Menurut Harahap (2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena
perusahaan dianggap mampu dalam menggunakan aset yang dimilikinya secara
efektif untuk menghasilkan laba.
c.
Tingkat Pengembalian Ekuitas (Return On
Equity)
Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba bersih dengan ekuitas. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut:
Laba
Bersih
Return On Equity = --------------------
Ekuitas
Rasio ini mengukur berapa
persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal pemilik. Menurut Harahap
(2009:305), semakin besar rasionya semakin bagus karena dianggap kemampuan
perusahaan yang efektif dalam menggunakan ekuitasnya untuk menghasilkan laba.
5.
Analisis Du Pont
Menurut Syamsudin
(2000:64), analisis Du Pont adalah ROA yang dihasilkan melalui pekalian antara
keuntungan dari komponen-komponen sales serta efisiensi penggunaan total aset
di dalam menghasilkan keuntungan tersebut. Sedangkan pendapat Sutrisno
(2001:256), analisis Du Pont adalah suatu analisis yang digunakan untuk
mengontrol perubahan dalam rasio aktivitas dan net profit margin dan seberapa
besar pengaruhnya terhadap ROA.
Menurut Syafarudin
(2003:128), analisis Du Pont penting bagi manajer untuk mengetahui faktor mana
yang paling kuat pengaruhnya antara profit margin dan total asset turnover
terhadap ROA. Disamping itu dengan menggunakan analisis ini, pengendalian beban
dapat diukur dan efisiensi perputaran aset sebagai akibat turun naiknya
penjualan dapat diukur. Menurut Soediyono (2001:137), yang dapat diuraikan
dengan menggunakan analisis Du Pont adalah ROA (Return On Assets) yang
merupakan angka pembanding atau rasio antara laba yang diperoleh perusahaan
dengan besarnya total aset perusahaan.
Persamaan
Du Pont (Du Pont equation) menurut Gitman (2003, hal 147):
ROA = Profit Margin
x Total Assets Turnover
Laba
Bersih Penjualan
ROA = ------------------- x
------------------
Penjualan Total
Aset
Laba
Bersih
ROA = -------------------
Total Aset
Berdasarkan keterangan
diatas dapat disimpulkan bahwa analisis Du Pont merupakan analisis yang
digunakan untuk mengontrol perubahan dalam aktivitas rasio dan marjin laba,
serta sejauh mana pengaruhnya terhadap tingkat pengembalian (rate of return).
Sistematika kerja analisis Du Pont ini adalah dengan menguraikan ROA yang
merupakan angka banding atau rasio, antara laba yang diperoleh perusahaan
(Marjin laba bersih) dengan besarnya total aset perusahaan. Melalui persamaan
Du Pont dapat dilihat bahwa ROA diperoleh dengan mengalikan marjin laba bersih
dan perputaran total aset. Perputaran total aset diperoleh dari hasil bagi
antara hasil penjualan dengan jumlah aset, sedangkan marjin laba bersih
merupakan hasil bagi antara laba bersih dengan hasil penjualan. Laba bersih
merupakan hasil dari penjualan dikurangi beban-beban.
Menurut Munawir
(2010:91-92), adapun keunggulan analisis Du Pont antara lain:
a.
Sebagai salah satu teknik analisis
keuangan yang sifatnya menyeluruh dan manajemen bisa mengetahui tingkat
efisiensi pendayagunaan aset.
b.
Dapat membandingkan efisiensi penggunaan
ekuitas pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat
diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas
rata-ratanya.
c.
Dapat digunakan untuk mengukur efisiensi
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan
mengalokasikan semua beban dan ekuitas ke dalam bagian yang bersangkutan.
d.
Dapat digunakan untuk mengukur
profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
e.
Dapat digunakan untuk keperluan kontrol,
juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Menurut Munawir
(2010:92-93), adapun kelemahan dari analisis Du Pont adalah:
a.
ROI suatu perusahaan sulit dibandingkan
dengan ROA perusahaan lain yang sejenis, karena adanya perbedaan praktek
akutansi yang digunakan.
b.
Kelemahan lain dari teknik analisa ini
adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya).
c.
Dengan menggunakan ROA saja tidak akan
dapat digunakan untuk mengadakan perbandingan antara dua permasalahan atau
lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.
6.
Analisis Perbandingan
Menurut Harahap
(2009:227), analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang
dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan
membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi
keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik
perbandingan ini juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan dalam rupiah
atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka
perbandingan atau rasio. Tujuan analisis perbandingan ini adalah untuk
mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan akun-akun laporan
keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
Menurut Kasmir
(2011:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang
ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.
Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen yang ada di
antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa
angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Menurut Harahap
(2009:227-228), dalam melakukan analisis laporan keuangan teknik perbandingan
ini, kita dapat membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan tahun
lalu, angka laporan keuangan perusahaan sejenis, rasio rata-rata industri, dan
rasio normatif sebagai standar perbandingan (yardstick). Perbandingan antarpos
laporan keuangan dapat dilakukan melalui:
a. Perbandingan
dalam dua atau beberapa tahun (horisontal) misalnya laporan keuangan tahun
1993, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 1994. Perbandingan antara
tahun 1996, 1995, 1994, dan seterusnya.
b. Perbandingan
dengan perusahaan yang dianggap terbaik.
c. Perbandingan
dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial norm). Di
Indonesia standar ini belum ada tetapi di USA beberapa perusahaan mengkhususkan
diri mensupply informasi rasio ini misalnya Moody’s, Standar & Poor dan
lain-lain.
d. Perbandingan
dengan budget (anggaran).
e. Perbandingan
dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu perusahaan.
D. Keunggulan
dan Keterbatasan Analisis Rasio
Menurut Harahap
(2009:298), analisis rasio mempunyai keunggulan dibandingkan teknik analisa
lainnya, yaitu:
1.
Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar
statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.
2.
Merupakan pengganti yang lebih sederhana
dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.
3.
Mengetahui posisi perubahan ditengah
industri lain.
4.
Sangat bermanfaat untuk bahan dalam
mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
5.
Menstandarisir ukuran perusahaan.
6.
Lebih mudah memperbandingkan perusahaan
dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik
atau time series.
7.
Lebih mudah melihat trend perusahaan serta
melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
Menurut Harahap
(2009:298), keterbatasan analisis rasio itu adalah:
1.
Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang
dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.
2.
Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau
laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik seperti ini.
3.
Jika data untuk menghitung rasio tidak
tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
4.
Sulit jika data yang tersedia tidak
singkron.
Dua
perusahaan yang dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang
dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan
kesalahan.
Penulis:
Ryan
Riyadi (49214893)
3DA02
Sumber
Referensi:
http://fadhilanalisis.blogspot.co.id/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html
http://uthyns.blogspot.co.id/2016/04/analisis-rasio-laporan-keuangan-dan.html
0 komentar :
Posting Komentar